Uncategorized

GURU SEBAGAI SURI TAULADAN

Refleksi Hari Guru Nasional (HGN) 25 Nopember 2022

(Implementasi Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa)

Hariyadi, M.Pd, Dosen IAI Jamiat Kheir Jakarta, Mahasiswa Program Doktor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ)

Suri tauladan adalah satu kata yang melekat pada seorang guru. Guru dalam Bahasa inggris disebut teacher, dalam Bahasa Arab dikenal dengan kata معلم (mu’alim). Dalam Bahasa mandarin dikenal sebagai Lǎoshī, menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menegaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Hal ini menegaskan bahwa guru bukan hanya transfer of knowledge sekedar datang ke sekolah, mengajar, memberi tugas, menilai dan pulang. Guru adalah pendidik, yang melaksanakan pengajaran, membimbing, mengarahkan, melatih sampai anak benar benar bisa seperti yang diharapkan. Dalam Islam, sosok guru adalah sangat mulia, di samping mengemban misi keilmuan agar peserta didik menguasai ilmu-ilmu agama, guru juga mengemban tugas suci, misi kenabian, yakni membimbing dan mengarahkan peserta didik menuju jalan Allah SWT.

Dalam hal suri tauladan, tentunya harus merujuk kepada sang suri tauladan, yaitu Rasulullah adalah satu langkah yang sangat penting. Sosoknya menjadi panutan seluruh umat di dunia bukan dalam membangun karakter dan akhlak mulia.

Rasulullah ﷺ merupakan guru terbaik di dunia karena beliau lah utusan Allah SWT yang meletakkan dasar pendidikan spiritual umat manusia. Tanpa ajaran yang dibawah Nabi Muhammad ﷺ, manusia bisa terjerumus dalam kesesatan. Selain itu, apa yang diajarkan Nabi ﷺ tak hanya berguna di dunia, tapi juga untuk kehidupan akhirat.

Mengantarkan kesuksesan dunia dan juga kesuksesan akhirat adalah misi terbesar seorang guru, menjadikan siswa mandiri, berkarakter dan berakhlak mulia merupakan suatu kewajiban, selain dengan memperbaiki pendidikan yang berproses pada memberikan suri tauladan, contoh visual yang mudah dimengerti dan dilakukan oleh siswa. Siswa memiliki sifat visual, sehingga apa yang dilihat, dan dipertontonkan spontan akan menghasilkan karakter instan. Sehingga apabila kita berikan visualisasi karakter akhlak mulia, maka secara efektif dan efisien proses transfer of knowledge atapun transfer of character akan dengan mudah dilakukan.

Hal inilah yang diharapkan orangtua masa kini, mereka menginginkan anak anaknya berhasil guna, namun tetap beradab, santun, berakhlak mulia dan membanggakan (qurrota a’yun).  Harapan orang tua berjalan lurus dengan harapan pendiri bangsa yang terangkum dalam Semboyan Ing Ngarso Sung Tulodo memiliki arti bahwa seorang guru di depan harus mampu menjadi contoh bagi anak didiknyya, baik sikap maupun pola pikirnya. Guru harus memberikan teladan yang baik bagi anak didiknya agar anak akan memiliki periaku yang baik pula. Pada tahapan ini guru masih menjadi pemegang peran yang cukup kuat dalam pembelajaran. Ing Madyo Mangun Karsa, berarti bila guru berada di antara anak didiknya, maka guru tersebut harus mampu memberikan inspirasi dan motivasi bagi anak didik hingga anak didik diharapkan bisa lebih maju dalam belajar. Inspirasi dan motivasi yang diberikan guru dapat memberikan semangat dan memacu anak didik untuk lebih giat karena merasa diperhatikan dan selalu mendapat pikiran -pikiran positif dari gurunya.